Masjid Namira, Lamongan

Masjid Namira, Lamongan


Masjid Namira di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Lamongan, Jawa Timur, tampak depan.(KOMPAS.com/Hamzah) 
Nama Masjid Namira yang beralamat di Jalan Raya Mantup, Lamongan Km 5 atau tepatnya di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Lamongan, Jawa Timur, tiba-tiba mendadak viral di media sosial (medsos) beberapa waktu lalu. 

Kondisi tersebut membuat masjid yang dibangun pasangan Helmy Riza dan Eny Yuli Arifah itu, dikunjungi banyak orang. Tidak hanya warga Lamongan dan sekitarnya, namun dari berbagai penjuru nusantara yang berkunjung. 

Kiswah kabah yang ada di Masjid Namira, menjadi salah satu tujuan utama para pengunjung dalam berfoto ria

Dilihat sepintas, sebenarnya bangunan Masjid Namira tidak terlalu berbeda dengan masjid-masjid besar yang ada di Indonesia. Hanya ada sedikit keunikan dalam tatanan ruang wudhu dan interior masjid, yang tampak terjaga keindahan dan keasriannya. 

Termasuk, keberadaan kiswah ka’bah di tempat imam. Kiswah kabah yang ada di Masjid Namira, menjadi salah satu tujuan utama para pengunjung dalam berfoto ria.(KOMPAS.com/Hamzah) Bekas kain penutup ka’bah asli itu sengaja didatangkan langsung dari Masjidil Haram yang ada di Arab Saudi. Kiswah itu terpasang di dinding mihrab imam, dan tampak kokoh dengan lindungan kaca tebal. Sementara potongan kiswah berukuran kecil, terbingkai rapi dan dipajang pada dinding masjid, di sebelah kiri dan kanan mihrab. 

Tidak jauh dari jalan, menuju tempat wudhu, terdapat kulkas berisi penuh air mineral dalam kemasan gelas. Bagi yang tidak suka dingin, takmir masjid juga menyediakan air mineral kemasan tersebut di kardus yang berada di sebelahnya. “Bagi para pengunjung yang kehausan, bisa langsung mengambil air mineral yang kami sediakan dan gratis. 

Pengunjung Muda Selain pengunjung dari luar kota, para kaum muda yang ada di Lamongan kerap mendatangi Masjid Namira. Lebih-lebih pada akhir pekan atau Sabtu-Minggu. “Kalau dirata-rata, jumlah pengunjung muda yang paling banyak itu ya Sabtu dan Minggu, bisa mencapai sekitar 2.000 orang setiap harinya,” papar Suliono. Tidak hanya pengunjung yang penasaran dan ingin berswafoto, para pengurus Masjid Namira juga banyak menerima kunjungan tamu dari luar Lamongan yang ingin melakukan studi banding, baik mengkaji bangunan maupun pengelolaan. 

Masjid Namira lama dibangun pada 2013 dan berdiri di atas lahan seluas 0,9 hektar dengan luas bangunan mencapai 1.100 meter persegi. Kondisi ini membuat masjid hanya mampu menampung sekitar 500 jemaah. Namun sejak 2 Oktober 2016, Masjid Namira memiliki bangunan baru yang terletak sekitar 300 meter dari bangunan lama di lahan seluas 2,7 hektar. Dengan luas bangunan 2.750 meter persegi, masjid ini diklaim mampu menampung 2.500 jemaah. Kolam ikan di Masjid Namira, yang menghubungkan bangunan utama masjid dengan tempat wudhu. 

Beasiswa dan Makanan Gratis Para pengurus Yayasan Masjid Namira menggagas program Aku Cinta Masjid. Tujuannya, untuk merangsang anak muda rajin shalat berjamaah. Untuk setiap anak muda yang melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Namira, akan mendapatkan satu poin. Namun khusus untuk shalat subuh berjamaah, nilainya berlipat menjadi dua poin. “Untuk mencatat kehadiran anak muda yang melakukan shalat berjamaah di sini, kami sudah menyediakan mesin sidik jari yang ada di tempat penitipan sarung dan mukena,” beber Ketua Takmir Masjid Namira, Waras Wibisono. 

Kiswah Kabah di tempat imam, yang menjadi salah satu favorit pengunjung Masjid Namira untuk berswafoto

Nantinya, bagi anak muda yang rajin melakukan shalat berjamaah di Masjid Namira dan mengumpulkan 90 poin dalam satu bulan, bakal mendapatkan beasiswa sebesar Rp 100.000. Tak hanya itu, bagi sepuluh anak dengan poin terbanyak setiap bulannya, mendapatkan beasiswa tambahan senilai Rp 100.000. Selain beasiswa, masjid ini menyediakan minuman gratis untuk para pengunjung. Bagian dalam Masjid Namira di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Lamongan, Jawa Timur, yang kerap digunakan oleh pengunjung untuk swafoto.

Waras mengatakan, Masjid Namira juga memiiki program Warung Subuh Gratis berupa sarapan bersama setiap Hari Minggu di teras masjid. Para jemaah bisa memilih makanan kesukaan yang disediakan. Mulai dari nasi bungkus, lontong sayur, mie instan, aneka gorengan, hingga teh, kopi, dan susu. “Untuk dana operasional masjid, berasal dari infaq dan pendapatan masjid, yang selebihnya ditanggung ketua yayasan (Helmy Riza),” tutur Suliono. 

Dalam catatan pengurus Masjid Namira, operasional masjid per bulan membutuhkan biaya sekitar Rp 200 juta. Sedangkan dana infaq yang didapat dari para pengunjung dan jemaah, sekitar Rp 150 juta-an setiap bulannya.



Kiswah Kabah di tempat imam, yang menjadi salah satu favorit pengunjung Masjid Namira untuk berswafoto.(KOMPAS.com/Hamzah



sumber Kompas.com 

ThoriQ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar